Ahli entomologi kesehatan dari Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Upik Kusumawati Hadi mengatakan perilaku nyamuk perantara penularan (vektor) penyakit demam berdarah sudah berubah.”Menurut teori, sebelumnya nyamuk Aedes aegypti hanya suka berada di air bersih, tapi sekarang mereka juga bisa tinggal di air yang sudah terpolusi,” katanya pada acara peluncuran Gerakan Nasional Cegah Demam Berdarah di Jakarta, Senin.
Beberapa hasil penelitian, kata dia, menunjukkan bahwa nyamuk yang tubuhnya berwarna belang hitam putih itu bisa hidup pada air yang mengandung deterjen, kaporit, dan kotoran hewan.Nyamuk yang sebelumnya hanya berkembangbiak di air yang tidak bersentuhan langsung dengan tanah itu, menurut Upik, kini juga sudah bisa hidup pada air yang bersentuhan langsung dengan tanah.
“Bahkan di air comberan pun bisa,” katanya.Perubahan perilaku serupa juga terjadi pada nyamuk penular demam berdarah lain, Aedes albopictus. Selain itu suhu yang menghangat akibat pemanasan global juga membuat proses perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti berlangsung lebih cepat sehingga peningkatan populasi nyamuk juga makin cepat.
“Perubahan-perubahan inilah yang antara lain menyebabkan penularan demam berdarah sulit dikendalikan,” kata Upik.Menurut dia, pemangku kepentingan terkait harus memperhatikan perubahan perilaku vektor penyakit demam berdarah serta menyiapkan antisipasi untuk mencegah peningkatan penularan penyakit demam berdarah akibat kejadian itu.
“Sebenarnya ini mudah saja caranya, tidak perlu teknologi tinggi untuk melakukannya. Kuncinya satu, pengendalian vektor,” katanya.
Pengendalian nyamuk penular demam berdarah, kata dia, antara lain bisa dilakukan dengan memberantas tempat perindukan nyamuk dan memberantas larva nyamuk.
Ahli kesehatan dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Tri Yunis Miko W menambahkan, partisipasi masyarakat memegang peranan penting dalam upaya pengendalian vektor maupun pencegahan penularan demam berdarah.
Masyarakat, kata Miko, harus mencegah perkembangbiakan nyamuk dengan melakukan 3M plus atau menutup tempat penampungan air, menguras tempat penampung air, mengubur barang bekas yang bisa menampung air dan membunuh larva nyamuk dengan obat antilarva atau abate.
“Sepekan sekali cukup, karena siklus hidupnya sekitar satu minggu,” kata Upik.
Di samping itu, ia menambahkan, masyarakat juga harus menghindari gigitan nyamuk dengan menggunakan obat antinyamuk. Miko mengatakan, jika seluruh masyarakat bergerak bersama untuk menanggulangi demam berdarah maka perlahan tapi pasti penularan penyakit itu bisa ditekan hingga seminimal mungkin.
“Sayangnya selama ini belum semua peduli. Ini yang bikin demam berdarah sulit dikendalikan karena aatu rumah saja ada perindukan nyamuk, orang-orang yang tinggal di lingkungan sekitar berisiko tertular penyakit,” katanya.Kepala Sekretariat Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Aryani Murti menambahkan, pihaknya berusaha menggerakkan masyarakat dalam pencegahan demam berdarah melalui kegiatan pemberantasan sarang nyamuk setiap Jumat pukul 09.00 WIB sampai 09.30 WIB. Namun kegiatan itu hingga kini belum dilakukan oleh seluruh komponen masyarakat.
Pemerintah, kata Miko, masih harus bekerja keras untuk menggerakkan partisipasi masyarakat dalam penanggulangan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue itu
Sumber: Harian Pagi Surya
25 Februari 2010
Demam Berdarah
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Komentar:
Posting Komentar