10 Desember 2010

Setting Karburator Sepeda Motor

. 10 Desember 2010

Awas! Jangan sembarang ganti karburator! Katanya biar tenaga meningkat pakai yang venturi lebih besar. Prediksinya tenaga akan lebih besar. Padahal jika salah seting malah power mesin menurun.

Paling kentara, penyesuaian dilakukan pada spuyer. Karena debit campuran bensin dan udara yang masuk ke ruang bakar diatur oleh peranti kecil berlubang ini. Baik main-jet atau pilot-jet.

Seperti pernah ditemui, Em-Plus pada Suzuki Satria F-150 milik Raja Siregar yang pegawai kejaksaan Jakarta Barat. Asalnya, karbu ayam jago tipe vakum (Mikuni 26 mm) diganti Keihin PE 28 mm. Tentu venturi lebih besar dan biar tarikan jadi lebih mantap.

Dilakukan pengujian di atas mesin DynoJet 250i milik Bintang Racing Team (BRT) di Cibinong, Jawa Barat. Pakai dyno, grafik power dan AFR (Air Fuel Ratio) juga torsi, bisa jelas dibaca.

Pengujian pertama, dites dulu tenaga standar F-150. Lanjut, ke tes kedua. Keihin PE 28 mm yang sudah dijejali pilot-jet 42 dan main-jet 102. Pengujian terakhir, pakai spuyer berbeda. Yaitu, pilot-jet 42 dan main-jet 110. Selebihnya simak terusss...!

SPUYER KECIL POWER TURUN 3 DK
Pakai karburator standar model vakum 26 mm, didapat tenaga asli Satria F-150. Yaitu, 15,71 dk (daya kuda). Angka ini, jadi patokan awal. Ya, apakah hasilnya akan turun atau naik ketika karbu diganti.

Kelar tes awal, karburator orisinal diganti Keihin PE skep biasa alias non vakum. Pilot-jet 42 dan main-jet 102. Setelah dyno, power motor malah turun. Enggak tanggung, turunnya menyentuh angka 3,12 dk. Tepatnya, 12,59 dk.

Ini bisa disebabkan tenaga tertahan lantaran bensin yang masuk ke ruang bakar tidak seimbang dengan udara (bisa lihat di grafik AFR). Lanjut ke tes berikutnya, main-jet diganti ukuran yang lebih besar. Jika sebelumnya pakai ukuran 102, kini pakai 110.

Kali ini, terjadi peningkatan. Muntahan power dari ayam jago Suzuki 4-tak ini tembus di angka 17,62 dk. Itu artinya, tenaga naik hampir 2 dk. Tepatnya, 1,91 dk. So, dari sini bisa diambil kesimpulan bahwa ganti karbu spuyer juga kudu diperhitungkan. Jangan asal kalau tenaga motor nggak mau tertahan.

TORSI TURUN HAMPIR 2 NM
Bukan cuma tenaga yang turun, tapi torsi juga ikutan drop. Ketika pakai karbu standar, torsi bisa bermain di angka 13,21 Nm. Tapi setelah ganti karbu dan pakai main-jet kecil 102, torsi turun jadi 11,80 Nm. Terbaca jelas, kalau torsi turun 1,41 Nm.

Tapi, ketika pakai ukuran main-jet lebih besar, angka kembali naik. Meski naik di atas angka karbu standar, tapi naiknya tidak jauh. Kenaikan hanya 0,06 Nm. Tepatnya, 13,27 Nm.

Begitunya, bisa dilihat. Setelah putaran mesin sentuh angka 7.400 rpm, grafik tetap berada di atas karbu standar. So, bisa kebayang dong kalau sobat enggak perlu bejek gas lebih dalam ketika berkendara di tanjakan. He...he..he...

AFR TERLALU MISKIN
Lebih kaya atau miskin. Keduanya, bisa dibaca lewat grafik Air Fuel Ratio (AFR). Ketika pakai karbu vakum alias orisinal, grafik AFR cenderung berada di angka 11. Satu molekul bensin hanya dibakakar 11 molekul udara.

Kalau hanya 11 molekul udara, artinya bensin yang masuk ke karbu terlalu kaya ketimbang udara. Padahal, seharusnya pembakaran sempurna berada di AFR 13. Atau 1 molekul bensin terbakar 13 molekul oksigen. Kondisi pas mendekati AFR 12,5.

Makin parah, ketika ganti Keihin dengan spuyer 102. AFR terbaca jelas kalau pembakaran enggak sempurna. Ya, udara yang masuk lebih banyak ketimbang bensin. Istilahnya, kering alias lean.

Soalnya, AFR menunjukan kalau Satria F-150 ini berjalan di angka 16. Malah, grafik mulai putus ketika berjalan lebih dari 9.000 rpm. Dan, nyambung lagi setelah tembus angka 10.000 rpm lebih.

Berbeda ketika pakai Keihin dengan spuyer 110. Angka AFR sempurna banget. Kali ini, AFR bermain di angka 12,5.

SETING KARBU TERBUKA

Enggak sedikit penggila adu kebut suka membiarkan karburator terbuka. Kondisi ini, bisa menyebabkan volume udara yang masuk lebih banyak ketimbang bensin. Ya, apalagi ketika arah moncong alias venturi lebih menghadap ke depan. Ketika motor kencang makin banyak udara yang masuk.

“Karena udara terlalu banyak, kondisi ruang bakar cenderung kering. Untuk itu, main-jet perlu dinaikan agar pembakaran mengarah sempurna,” ujar Monte, mekanik tim Honda Banten.

Ini beda dengan motor yang masih pakai filter udara. Karena venturi tidak berhubungan langsung dengan udara, maka kebutuhan bensin juga tidak terlalu banyak. Juga, biasanya ukuran spuyer karbu berfilter lebih kecil ketimbang karbu non-filter. Tapi, kelar ganti spuyer, jangan lupa untuk sesuaikan putaran angin lagi ya!

Sumber: Motorplus online

1 Komentar:

Anonim mengatakan...

paling kentara i opo pak? :D

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

 
ahita.blogspot.com is proudly powered by Blogger.com | Template by MJG Group | dd13